CilacapMu - Ribuan Warga Muhammadiyah Padati Pendopo Cilacap - Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadhan 1438 H/2017 Masehi jatuh pada Sabtu, 27 Mei 2017. Jadi, warga Muhammadiyah mulai besok Jum'at malam Sabtu insyaaAllah akan melaksanakan tarawih perdana Ramadhan tahun ini.
Dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan 1438 Hijriyyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Cilacap mengadakan Pengajian Akbar dengan menghadirkan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat yang juga merupakan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dua periode, Prof. DR. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA atau yang lebih masyhur dan akrab dikenal dengan Din Syamsuddin.
Pengajian Jelang Ramadhan 1438 Hijriyyah ini bertempat di Pendopo Wijayakusuma Cilacap, Kamis, 25 Mei 2017, dari jam 08.00 WIB sampai dengan dhuhur. Jama'ah pengajian membludak, sampai-sampai banyak yang bertebaran dibawah pohon karena kursi-kursi yang ada tidak cukup untuk menampung semua jama'ah. Meskipun begitu, jama'ah tetap antusias mengikuti acara sampai pengajian berakhir.
Wakil Bupati Cilacap, Akhmad Edi Susanto saat membacakan sambutan Bupati, Tatto Suwarto Pamuji menyampaikan, "Kami berharap, kehadiran dan tausiyah dari Profesor Din Syamsuddin mampu memberikan kesejukan, serta meningkatkan kualitas keimanan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan".
Sementara Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Cilacap, H. Kuswan Hassan ST, SE sebagai penyelenggara dalam sambutannya memaparkan tentang kemajuan dan perkembangan Muhammadiyah di Cilacap.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan pelantikan pengurus Kwarda Hizbul Wathan Cilacap.
Photo: Mas Sandi RRI |
Pada puncak acara, dari kajian ayat tentang puasa (shiyaam) surat Al-Baqarah ayat 183-189, dalam ceramahnya Prof. Din mengungkapkan, ada harapan-harapan Allah kepada orang-orang beriman yang berpuasa. Setidaknya ada empat harapan. Ada lima tapi satunya merupakan pengulangan dari harapan pertama, jelas beliau. Apa saja harapan-harapan Allah Ta'ala tersebut? Allah berharap agar orang beriman yang menjalankan kewajiban puasa Ramadhan menjadi:
1. La'allakum tattaquun (agar menjadi orang-orang yang bertaqwa)
2. La'allakum tasykuruun (agar menjadi pribadi-pribadi yang pandai bersyukur)
3. La'allahum yarsyuduun (agar terarah, mendapat petunjuk)
4. La'allahum yattaquun (agar menjadi orang-orang yang bertaqwa)
5. La'allakum tuflihuun (agar menjadi orang-orang yang beruntung) di dunia dan akhirat.
La'laa dalam ilmu tata bahasa Arab berma'na littarojiy (untuk pengharapan). Tapi disisi Allah (baca: dalam Al-Quran) menjadi bermakna lit-tahqiq (untuk suatu kepastian). Jadi jika benar susai garisnya, maka pasti akan sesuai seperti yang diharapkan, yaitu pasti menjadi orang yang bertaqwa, pasti menjadi orang yang pandai bersyukur, pasti menjadi orang mendapat petunjuk, dan pasti beruntung. Yang menjadi pertanyaan dan menjadi PR kita bersama adalah, "Puasa yang seperti apa, puasa yang bagaimana cara dan kualitasnya agar memperoleh kepastian-kepastian tersebut?".
Selanjutnya Din menambahkan, Ramadhan juga berfungsi sebagai Tazkiyyatun nafs (penyucian diri) dan Taqwiyyatun nafs (memperkuat diri untuk menjadi insan kamil) sehingga mampu menampilkan sifat-sifat rabbaniy, yakni manusia-manusia yang dapat mencontoh dan mengimplementasikan sifat-sifat Allah tertentu dalam kehidupan, seperti sifatNya Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan lain-lainnya.
Dalam Muhammadiyah sering digemakan tentang Islam berkemajuan. Islam berkemajuan itu, lanjut Din Syamsuddin, adalah muslim yang bertauhid, tapi ibadahnya berfungsi. Bukan sekedar mengaku muslim, tapi ibadahnya tidak "berfungsi". Bukan yang cuma mengaku islam, tapi tidak mengaplikasikan ajaran-ajaran islam.
Fahrudin, salah satu peserta pengajian yang juga merupakan guru SMK Migas Muhammadiyah Cilacap ketika ditemui oleh CilacapMu setelah acara selesai mengatakan, "Semoga kita yang menghadiri pengajian ini tercerahkan. Dapat mengambil manfaat dari apa yang Pak Din Syamsuddin sampaikan. Orang muslim yang sehat hati, sehat akal fikirannya, mengakui Nabi Muhammad adalah teladan terbaik (uswatun hasanah). Siapa saja yang benar-benar dapat mencontoh Nabi, maka akan menjadi pribadi yang benar-benar shalih secara pribadi dan shalih secara sosial. Dengan madrasah Ramadhan yang kesekian kalinya ini bagi kita, semoga menjadikan kita pribadi yang tidak cuma shalih secara personal saja, tapi juga mengantarkan kita menjadi pribadi yang shalih secara sosial, pungkasnya".
Ya, semoga. Aamiin.